Minggu, 28 Juni 2009

Final Copa : Sriwijaya Samai Rekor Arema


Sriwijaya FC (SFC) berhasil menyamai rekor Arema Malang. Laskar Wong Kito mempertahankan gelar juara Copa Indonesia 2008/2009.

Sejak peluit babak pertama dibunyikan wasit, dua tim yang berlaga di final, Persipura Jayapura dan SFC, langsung tampil agresif. Saling jegal mewarnai awal-awal pertandingan.

Wasit Purwanto tampak sibuk mengeluarkan kartu dari kantongnya. Meski berjalan ketat, namun tak ada tanda-tanda kalau final akan berujung menyedihkan.

Memasuki babak kedua, permainan makin panas. Striker asing SFC, Anoure Obiora berhasil mencetak gol pada menit 52. Masih belum ada tanda-tanda final gelaran ke-4 Copa ini akan berujung pada kekisruhan.

Memasuki menit 60, tangan kiri pemain belakang SFC, Tsimi Jacques, terkena bola di daerah penalti. Namun, wasit Purwanto tak bereaksi apa-apa.

Para pemain Persipura pun langsung melakukan protes keras. Apalagi, setelah Purwanto mengganjar striker Persipura, Ernest Jermiah, dengan kartu merah.

Mereka mengerubuti Purwanto. Namun, sang wasit tetap pada keputusannya. Persipura pun mogok tak mau melanjutkan permainan dan pergi menuju kamar ganti.

Bujukan PSSI Tak Mempan

Waktu terus berjalan. Usaha untuk membujuk Tim Mutiara Hitam dilakukan oleh Badan Liga Indonesia (BLI) PSSI. Namun, Eduard Ivakdalam cs tak mau kembali ke dalam lapangan. Ketua BLI, Andi Darussalam, lantas memerintahkan wasit untuk menjalankan peraturan yang berlaku.

Setelah kembali didatangi perangkat pertandingan ke kamar ganti, dan Persipura tetap tak mau tampil, wasit Purwanto pun meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan.

SFC dinyatakan sebagai juara Copa Indonesia 2008/2009. Mereka tercatat sebagai tim kedua yang berhasil mempertahankan trofi juara setelah Arema Malang pada 2006 dan 2007.

“Ada rasa puas dan kurang puas. Tapi, sebagai pelatih, saya merasa kami memang dominan di partai ini. Kalau soal wasit, saya pikir wasit sudah bertindak fair. Terbukti, pemain kami mendapat empat kartu kuning,” ujar pelatih kepala SFC, Rahmad Darmawan kepada wartawan GOSport, Esnoe Faqih Wardhana dari Palembang.

Rahmad tak mau menilai sikap Persipura. Tapi, ia menggambarkan, kalau SFC tak pernah meninggalkan lapangan.

“Sebagai pelatih, di manapun bertanding, saya tak pernah menginstruksikan kepada pemain untuk mundur,” tegasnya.

Sayang memang, laga final harus ternoda seperti ini. “Sangat disayangkan terjadinya walk out. Final menjadi tidak ideal. Di babak pertama, kedua tim bermain bagus. Namun, di babak kedua, terjadi insiden yang tidak kami inginkan,” ujar Manager Marketing Dji Sam Soe, Stephanus Kurniadi.

Semula, memang sempat muncul keraguan soal penunjukkan Palembang yang nota bene kandang SFC sebagai tempat hajatan final. Namun, dengan berbagai pertimbangan, BLI sebagai penyelenggara tetap menggelar final Copa Indonesia 2008/2009 di Stadion Jakabaring, Palembang.

“BLI meminta maaf pada masyarakat karena final ini tidak ideal. Kami telah berupaya sekuat tenaga untuk menjelaskan permasalahan pada kubu Persipura. Apapun juga, fair play dan regulasi berada di atas segala-galanya,” ujar Direktur Kompetisi BLI, Joko Driyono.

Joko belum bisa memutuskan hukuman apa yang akan dijatuhkan pada Persipura atas sikap mereka. “Ini akan jadi kasus Komisi Disiplin. BLI akan merekomendasikan laporan dari panpel dan perangkat pertandingan ke Komdis. Jadi, kami belum bisa memutuskan status sanksi bagi Persipura,” tutupnya.

• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar